Puisi Ibn Sina yang berbicara tentang Ruh
Ia turun kepadamu (hai tubuh manusia) dari tempat yang tinggi, (Bagaikan) merpati (jinak, tetapi) enggan dan menghindar. Terselubung terhadap pelupuk setiap pemandang, Padahal ia yang membuka wajah dan tanpa cadar. Ia tiba kepadamu dengan terpaksa, dan boleh jadi, enggan berpisah kendati ia penuh keluhan. Enggan dan tidak senang (menyatu denganmu), tetapi begitu menyatu Akhirnya terbiasa, bersanding dengan kebobrokan yang kumuh. Kuduga ia lupa janji-janjinya ketika berada di alamnya yang tinggi. Ia menangis bila mengingat janji-janji di alamnya yang luhur, Mencucurkan air mata, deras, tiada henti. Ia pun terus berkicau menangisi puing-puing, Yang telah runtuh oleh kisaran angin dari empat penjuru. Itu karena ia terhalang oleh jeratan yang kuat dan dibendung, Oleh sangkar, sehingga tak lepas ke angkasa luas. Hingga jika telah mendekat jalan menuju asalnya… Mendekat pula saat berpisah ke angkasa yang luas Lalu berangkat berpisah dengan semua yang ditinggal… Ditingga...