Mendaki Gunung Dengan Aman dan Nyaman
Seorang
pendaki gunung pada dasarnya menghadapi dua jenis rintangan ketika melakukan
kegiatannya. Rintangan yang pertama sifatnya ekstern, artinya datang dari obyek
yang sedang dihadapi. Obyek itu adalah gunung, dan rintangan yang dihadapi
berupa cuaca atau medan berat. Bahaya yang ditimbulkannya disebut bahaya obyek
(objective danger). Rintangan jenis kedua sifatnya intern, yaitu datang
dari si pendaki gunung itu sendiri. Kalau si pendaki gunung itu tidak
mempersiapkan diri dengan baik, maka rintangan itu datang dari dirinya sendiri.
Bahaya timbul disebut bahaya subyek (subjective danger).
Di
Indonesia, bahaya obyek bagi pendaki gunung secara umum tidak terlalu besar.
Keterjalan gunung-gunungnya relatif tak seberapa, cuacanya pun hanya
dipengaruhi oleh dua musim, musim kering dan musim hujan. Suhu udara tidak
terlalu dingin, terutama dibandingkan dengan gunung-gunung di daerah subtropis. Kalau akhir-akhir ini terlansir berita mengenai kecelakaan di gunung, maka
kesalahan banyak dilakukan oleh si pendaki, dari banyak segi masih belum
memadai. perlengkapan mendaki gunung adalah pokok pemikiran pertama bagi setiap
pendaki gunung.
Gunung
dengan segala aspeknya merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita,
lebih-lebih bagi mereka yang hidup di dataran rendah. Itulah sebabnya mengapa
kita memerlukan perlengkapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di gunung.
Perlengkapan yang baik adalah salah satu usaha untuk mengurangi bahaya di
gunung, baik obyek maupun subyek.
SEPATU
Kegiatan
utama dalam mendaki gunung adalah berjalan. Ini berarti perlindungan terhadap
kaki harus benar-benar diperhatikan. Kaki harus terlindung dari kemungkinan
terluka karena duri atau batu yang terdapat di sepanjang perjalanann. Sepasang
sepatu yang baiklah yang akan melindungi kaki yang gemar berjalan. Hal pertama
yang haruslah diperhatikan ketika memilih sepatu untuk mendaki gunung adalah
solnya. Jangan memilih sepatu yang mudah tergelincir, misalnya karena solnya
dari kulit. Pilihlah sepatu yang solnya dari karet atau sintetis, terutama yang
memakai tumit. Sol karet dengan kembang yang besar akan membantu kaki menunjang
badan dengan baik di gunung. Di Indonesia, sepatu tentara yang banyak di
jual di pasaran merupakan pilihan yang cukup baik untuk mendaki gunung.
RANSEL
Memang
banyak cara yang bisa dipakai untuk membawa barang yang diperlukan untuk
mendaki gunung. Bagi yang sudah terbiasa, beban yang berat bisa dipikul di
sebelah bahu dengan tas biasa. Tetapi bagi yang tak biasa, beban berat yang
jatuh di pinggang atau ditahan oleh sebelah bahu akan sangat menyiksa. Untuk
mereka, ransel merupakan wadah yang baik untuk barang-barang yang diperlukan di
gunung. Dengan ransel, beban akan ditahan oleh kedua bahu secara merata. Titik
berat beban itu jatuh di tulang yang kuat, yaitu tulang belakang. Berat beban
di dalam ransel akan ditahan secara sempurna oleh kedua bahu kalau penyusunan barang-barangnya
tepat. Barang yang paling berat harus
diletakkan di bagian atas. Hal ini penting dilakukan agar berat
keseluruhan beban di ransel itu tidak jatuh di pinggang atau punggung. Dengan
berpegang pada prinsip di atas, maka fungsi ransel sebagai pembawa beban akan
tercapai dengan baik.
PAKAIAN
Pakaian
dari bahan katun cukup baik untuk mendaki gunung, terutama karena kemampuannya
menyerap keringat. Sayangnya pakaian dari bahan ini tidak mampu menjaga badan
agar tetap hangat apabila basah, misalnya dalam keringat. Karena itu, seorang
pendaki gunung harus membawa pula pakaian cadangan secukupnya. Bahan yang
paling baik untuk pakaian mendaki gunung adalah wol. Bahan ini masih mampu
menjaga kehangatan badan kendati basah, juga cepat mengering kembali.
Kesalahan
yang paling mendasar yang dilakukan pendaki gunung berpengalaman sekalipun
adalah mengenakan celana atau jaket dari bahan jeans. Bahan ini memang nampak
kuat dan praktis, tetapi sulit sekali kering apabila basah. Kalau sudah basah
celana atau jaket jeans menjadi lebih berat lagi. Suhu udara di gunung yang
dingin akan terasa lebih dingin lagi kalau kita memakai pakaian dari bahan
jeans. Selain pakaian untuk jalan, pendaki gunung juga memerlukan pakaian
untuk menghangatkan badan, terutama ketika sedang berhenti atau beristirahat.
Baju tebal dari wol, misalnya sweater, merupakan pilihan yang cukup baik untuk
di gunung.
Masalah
yang lain yang harus diperhatikan adalah usaha untuk menjaga agar pakaian dalam
ransel tidak basah oleh hujan. Pergunakanlah kantung plastik yang besar untuk
membungkus pakaianpakaian itu. Kalau perlu gunakan beberapa kantung plastik
sekaligus. Jangan membiarkan pakaian-pakaian itu basah. Gunung-gunung di
Indonesia biasanya curah hujannya tinggi. Perlengkapan untuk menahan hujan
menjadi begitu penting disini. Banyak kecelakaan di Indonesia pada dasarnya
berpangkal dari perlengkapan hujan yang tidak di bawa. Kematian yang mengakhiri
kisah perjalanan di gunung kebanyakan karena kelalaian ini, karena si korban
tidak mampu menahan dingin karena kebasahan.
Jas hujan
atau pun sering dikatakan ponco (raincoat)
yang dilengkapi celananya membuat gerakan si pendaki bebas. Ponco untuk hujan
juga pilihan yang baik, karena bisa sekaligus dipakai untuk menutupi ransel. Ponco
juga tidak menyebabkan keringat tertahan sehingga menyebabkan kondensasi di
permukaan kulit kita. Lagi pula ponco bisa dipakai untuk kegunaan lain, seperti
bivak, alas tidur atau duduk, menampung air dan menutupi barang di luar ketika
kita sedang beristirahat di dalam tenda. Pemilihan warna untuk pakaian mendaki
gunung bukan hanya berdasar selera. Untuk memudahkan orang lain melihat kita,
terutama kalau terjadi kecelakaan, dianjurkan pendaki gunung memakai pakaian
yang berwarna mencolok, misalnya merah, kuning atau oranye. Dengan pertimbangan
yang sama, usahakan pula memilih warna yang mencolok untuk perlengkapan
lainnya, seperti ransel, ponco, jaket dan sebagainya.
TENDA
Seorang
pendaki gunung yang seharian penuh berjalan membutuhkan istirahat yang cukup
untuk mengembalikan tenaga. Untuk itu dibutuhkan tempat istirahat yang nyaman,
aman dari gangguan dingin dan hujan. Ceruk batu atau gua yang kering merupakan
tempat yang baik untuk istirahat, tetapi sayang bentukan alam yang seperti ini
sukar dijumpai di gunung. Pondok dari batang dan ranting pohon dapat saja
dibuat, tetapi di gunung tidak selalu diperoleh bahan-bahannya yang baik.
Alternatifnya
adalah tenda yang paling baik bagi pendaki gunung yang lelah. Beberapa hal
harus diperhatikan ketika memilih tenda untuk mendaki gunung. Pertama, tenda
harus terbuat dari bahan yang benar-benar kedap air. Tenda dari kanvas yang
banyak dijual di pinggir pinggir jalan tentu tidak baik untuk perlengkapan
mendaki gunung, karena tenda jenis ini tidak mampu menahan hujan lebat.
Kedua
periksalah apakah tenda ini tidak lembab di dalamnya. Tenda yang terlalu rapat
(tanpa ventilasi) menyebabkan udara panas di dalam tenda tertahan sehingga
menyebabkan kondensasi, artinya
lembab dan basah. Seperti yang sudah disebutkan, ponco dapat pula dipakai untuk
membuat bivak untuk pengganti tenda. Selain ponco, untuk fungsi yang sama dapat
digunakan lembaran plastik yang lebar. Ponco atau plastik ini dipakai sebagai
atap dengan tiang dari ranting atau batang pohon. Ini usaha minimal yang
praktis dan murah yang bisa dilakukan bila tidak tersedia tenda.
PERLENGKAPAN
TIDUR
Pakaian
tebal, terutama dari wol mungkin sudah cukup untuk tidur di gunung-gunung di
Indonesia umumnya. Tetapi ini tergantung pada masing-masiang orang, karena mereka
yang terbiasa hidup di daerah panas tentu tak setahan mereka ynag biasa hidup
di daerah dingin. Sarung atau selimut mungkin cukup hangat untuk di gunung,
tetapi penggunaannya masih kurang praktis. Yang terbaik adalah kantong tidur (Sleeping Bag) yang mampu menutupi
seluruh tubuh dengan baik, kecuali bagian kepala atau muka. Untuk menutupi
bagian kepala, topi dari wol yang disebut balaklava adalah pilihan yang
terbaik.
Topi
ini bisa menutupi seluruh kepala sekaligus, kecuali bagian mata dan hidung.
Topi jenis ini juga dapat dilipat-lipat, sehingga kalau perlu bagian yang
menutupi muka bisa dibuka. Hawa dingin dari tanah yang kita tiduri sering kali
masih terasa, kendati sudah memakai kantung tidur. Untuk menanggulanginya,
tanah yang ditiduri dialasi dulu dengan plastik atau daun-daunan. Matras yang banyak dijual di pasaran
akan baik sekali bila digunakan sebagai alas. Matras yang praktis adalah yang
bisa dilipat dan digelembungkan dengan tiupan mulut. Matras yang terbuat dari
karet busa juga pilihan yang baik karena kemampuannya menyekat hawa dingin dari
tanah, meskipun kurang praktis karena tidak bisa dilipat kecil.
PERLENGKAPAN
MASAK
Memasak
dengan kayu bakar memang perlu diketahui caranya, akan tetapi gunung di
Indonesia biasanya lembab dan basah, karena curah hujannya tinggi. Kayu dari
pohon gunung pun umumnya basah, sehingga membuat perapian dari kayu akan
memakan waktu dan tidak jarang menghabiskan banyak korek api. Untuk
menghindarkan dari kemungkinan tak bisa masak karena tidak ditemukan kayu yang
kering, maka sebaiknya pendaki membawa kompor yang kecil dan praktis.
Jenis
kompor yang praktis dan banyak di pasaran adalah kompor pompa yang berisi
minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Harga kompor dan bahan bakarnya relatif
murah, lagi pula sangat praktis bila dipakai untuk perjalanan lama (seminggu
atau lebih).
Kekurangannya adalah beratnya dan kita pun harus membawa cadangan minyak tanah, juga apinya tidak terlalu panas dan menyebabkan panci kotor dan berkerak.
Kekurangannya adalah beratnya dan kita pun harus membawa cadangan minyak tanah, juga apinya tidak terlalu panas dan menyebabkan panci kotor dan berkerak.
Jangan
mengambil resiko dengan membawa korek api tanpa dibungkus plastik atau
terlindung dari kemungkinan basah. Cara yang terbaik adalah memasukkan
batang-batang korek api beserta kertas pemantikkanya ke dalam tabung bekas
film. Tabung ini kedap air, tetapi tidak ada salahnya kalau batang-batang kerek
api beserta pemantiknya dibungkus dengan plastik, baru dimasukkan ke dalamnya.
Sebagai wadah untuk memasak, pilihlah panci yang kecil dan praktis. Di
Indonesia, model panci susun yang disebut Nesting
merupakan pilihan yang tebaik. Dengan prinsip yang sama, yaitu kecil dan
praktis, pilih juga cangkir, sendok dan pisau. Jangan lupa membawa botol air
dari logam atau plastik. Gunung tidak selalu menjanjikan air yang cukup di
sepanjang perjalanan menuju puncaknya.
Modernisasi
peralatan memasak di alam bebas pun kini telah menyajikan alternatif dan
pemanfaatannya bagi pendaki gunung. Ada sekian bahan bakar dan alat guna
memasak, dari parapin, tabung gas hingga penggunaan spritus dengan kompor
tragia yang di design sedemikian rupa untuk penggunaan yang praktis terutama di
medan pendakian gunung atau kegiatan alam bebas lainnya.
MAKANAN
Makanan
yang praktis buat mendaki gunung adalah makanan yang siap pakai (instan).
Makanan jenis ini cepat masaknya, sehingga banyak waktu dan bahan bakar yang
dapat dihemat. Kebiasaan makan nasi di gunung harus dikurangi, kalau bisa
ditinggalkan untuk sementara. Masalahnya memasak nasi membutuhkan waktu yang
lama, sehingga menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras bisa digantikan
dengan makanan siap pakai yang banyak mengandung hidrat arang, misalnya mie
instant, biskuit, roti, coklat dan sebagainya.
Pengaturan
makanan sebaiknya mempertimbangkan kemudahan-kemudahan, terutama ketika sedang
dalam perjalanan. Makan pagi harus diusahakan terdiri dari makanan yang mudah
masak dan hangat, misalnya indomie atau havermouth. Ini berdasarkan
pertimbangan bahwa perjalanan hari itu harus dimulai sepagi mungkin, menjaga
kemungkinan cuaca buruk yang bisa datang sewaktu-waktu.
Untuk
makan siang, sebaiknya tidak mengeluarkan makanan yang harus dimasak terlebih
dulu, karena hal ini akan memakan waktu yang lama. Meskipun demikian makanan
ini harus tetap mengandung hidrat arang yang cukup, misalnya saja coklat,
biskuit atau roti. Barulah pada waktu makan malam kita memasak makanan
sepuasnya, karena saat itu sedang beristirahat dan punya banyak waktu.
PERLENGKAPAN
LAIN
Selain
obat-obatan pribadi, setiap kelompok mendaki gunung harus membawa perlengkapan
P3K. Perlengkapan lain adalah senter, parang, kompas, altimeter dan pete. Tentu
saja perlengkapan lainnya masih ada, tetapi minimal perlengkapan di atas sudah
mencukupi.
DAFTAR
PERLENGKAPAN
Biasanya
membuat daftar perlengkapan sebagai usaha untuk mengecek (Check List) kekurangan yang mungkin ada. Setiap orang mempunyai
perlengkapan yang mungkin berbeda, tetapi fungsinya bisa sama. Karena itu
daftar perlengkapan setiap orang juga bisa berbeda. Sebagai patokan minimal,
daftar perlengkapan di bawah ini bisa di gunakan :
1. Ransel
2. Sepatu Mendaki
3. Kaus Kaki (dengan cadangannya)
4. Celana untuk jalan
5. Celana untuk tidur
6. Baju untuk jalan
7. Baju untuk tidur (sweater, baju wol
dsb)
8. Kantung palstik besar (untuk membungkus
pakaian)
9. Balaklava
10. Ponco/Jaket Hujan
11. Senter (berikut baterai cadangan)
12. Botol Air
13. Golok dan Pisau
14. Peta
15. Kompas dan Altimeter
16. Buku Catatan dan Ballpoint
17. Tenda atau plastik untuk bivak (Flysheet)
18. Kantung Tidur (Sleeping Bag)
19. Alas Tidur (Matras tiup atau matras karet busa)
20. Kompor dan minyak tanah (atau kompor
gas atau pun Tragia*)
21. Panci/Nesting
22. Korek Api/ Manchis
23. Sendok dan Cangkir
24. Makanan
25. Perlengkapan dan Obat P3K
*) Jenis
Kompor lapangan dengan bahan bakar spritus
PERSIAPAN
FISIK
Selain
peralatan, persiapan yang tak kalah penting untuk mendaki gunung adalah
persiapan fisik atau kesegaran jasmani. Dasar yang paling penting bagi pendaki
gunung adalah tenaga aerobik, sebab kegiatannya sangat dipengaruhi oleh
transport oksigen melalui peredaran darah kepada otot-otot badan. Untuk ini,
seorang pendaki gunung harus melakukan latihan-latihan aerobik seara teratur,
yaitu lari atau bersepeda. Selain aerobik, perlu juga dilatih kekuatan dan
ketahanan otot, terutama otot-otot yang banyak digunakan dalam mendaki gunung.
Otot-otot itu adalah bahu, punggung,
pinggang dan kaki. Untuk itu, pendaki gunung harus pula melatih berlatih dengan
menggunakan beban seperti mengangkat barbel dan sejenisnya.
PENGETAHUAN
MEDAN
Untuk
menguasai medan yang akan dihadapi, seorang pendaki gunung harus menguasai
pengetahuan membaca peta dan menggunakan kompas serta altimeter. Pokok penting
adalah membayangkan bentukan gunung itu melalui garis-garis kontur yang ada di
peta. Dengan melihat garis-garis kontur itu, kita bisa membayangkan medan di
gunung yang berupa pegunungan, lembah, sadel, tebing curam, puncak dan
sebagainya. Sebuah lintasan yang aman kemudian direncanakan dengan
memperhatikan garis-garis kontur itu. Cara lain untuk mengetahui medan yang
akan dihadapi adalah dengan bertanya pada orang-orang yang pernah mendaki
gunung bersangkutan. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang
yang pernah mendaki gunung itu bersama kita, misalnya penduduk sebagai petunjuk
jalan. Tak ada gunanya malu atau segan membawa petunjuk jalan.
Memperkirakan
waktu pendakian perlu juga dilakukan. Ini terutama berguna untuk persiapan
makanan. Di jalan datar, jarak empat (4) atau lima (5) kilometer dapat ditempuh
dalam waktu satu jam. Di gunung, perhitungan seperti itu tidak berlaku. Mungkin
perbedaan ketinggian merupakan satu cara yang lebih baik untuk memperhitungkan
waktu tempuh suatu pendakian, kendati masih tergantung pada tingkat kecuraman
gunung tersebut. Sebagai patokan, perbedaan tinggi 100 sampai 500 meter
rata-rata dapat ditempuh selama satu jam.
TEKNIK
MENDAKI
Teknik
mendaki pada dasarnya adalah berjalan. Berjalan di gunung harus dilakukan
dengan langkah kecil-kecil. Langkah yang terlalu lebar akan merusak
keseimbangan badan, karena medan di gunung curam dan berat badan kita sudah
bertambah dengan beban di punggung. Kalau fisik baik, seorang pendaki gunung
umumnya dapat berjalan dua atau tiga jam tanpa istirahat. Sebagai ukuran
minimal, berjalan satu jam dengan istirahat sepuluh menit adalah sudah cukup
baik.
Ikuti
jalan setapak yang sudah ada. Di gunung, jalan setapak biasanya berkelok-kelok
mengikuti kontur alam, sehingga tidak terlalu menanjak. Tak usah memotong jalan
setapak yang berkelok-kelok itu. Lintasan biasanya curam, lagi pula merusak
jalan setapak yang sudah ada. Tak usah segan untuk kembali turun dan memeriksa
jalan setapak yang ada, seandainya lintasan di depan meragukan.
Menuruni
gunung tidak semudah yang diperkirakan banyak orang. Justru kecelakaan sering
terjadi ketika pendaki sedang menuruni gunung. Badan yang lelah dan beban di
punggung yang terasa semakin berat meyebabkan persoalan tersendiri dalam
menuruni gunung. Seluruh berat badan mendorong kita ke bawah, sehingga
kaki mendapat beban yang lebih berat lagi ketimbang kalu kita sedang mendaki.
Otot kaki bekerja lebih berat, sehingga kemungkinan tergelincir, terkilir atau
terguling menjadi lebih besar. Kehilangan jalan setapak sering kali terjadi
ketika sedang menuruni gunung. Rasa lelah dan langkah yang lebih cepat ketika
turun, seringkali menyebabkan perhatian terhadap jalan setapak menurun.
Kalau
akhirnya kita terpaksa menuruni gunung tanpa mengikuti jalan setapak, prinsip
yang harus dipegang teguh adalah ikuti punggungan gunung. Kesalahan yang sering
dilakukan oleh pendaki pemula adalah mengikuti aliran sungai. Sungai menurut
perhitungan mereka, menuju ke bawah dan biasanya melewati kampung. Di gunung
perhitungan ini tidak bisa dipakai, karena sungai di sini bisa membentuk air
terjun dan berada di dasar jurang yang dalam.
Mengikuti
sungai di gunung menjadi sangat berbahaya. Kalau memang mau mengikuti sungai,
lakukanlah itu dari atas punggungan gunung. Jangan mengikutinya di sungai itu
sendiri.PENYAKIT
GUNUNG
Suhu
udara gunung-gunung di Indonesia berkisar antara 12-7 derajat celcius. Dengan
perlengkapan yang baik, suhu udara seperti ini sebenarnya tidak terlampau
dingin. Tetapi adalah kenyataan, bahwa kematian yang banyak terjadi di gunung
Indonesia disebabkan karena udara yang dingin ini. Penyebabnya tak lain adalah
perlengkapan yang kurang, terutama untuk menahan hujan. Pakaian yang basah dan
badan yang tak terlindung dari angin adalah penyebab utama kecelakaan itu.
Pakaian yang basah mengurangi nilai insulasi
(kemampuan menahan panas) sampai 90%.
Di
Indonesia kecelakaan yang banyak terjadi adalah exposure (kehilangan panas badan), terutama disebabkan karena
hipotermia (menurunnya suhu badan). Masalahnya ternyata bukan karena udara
gunung yang dingin, tetapi karena badan yang basah karena hujan. Suhu badan
yang menurun hingga 20 derajat Celcius akan menyebabkan kematian seseorang.
Orang
yang terkena Hipotermia menunjukkan gejala-gejala menggigil secara berlebihan, berbicara kacau, lambat, membuat
gerakan-gerakan ngawur, berkurang ingatan dan berfikir sistematis, jalan
sempoyongan dan kaki sering tersandung, tampak letih sekali, susah berdiri
walau baru istirahat dan mengantuk terus.
Apa
yang harus kita lakukan bila melihat gejala-gejala tersebut ? Pertama, usahakan
agar kita tidak tertidur. Tidur membuat kita kehilangan kesadaran, sehingga
badan tak mau lagi menghangatkan diri. Biarkanlah badan menggigil karena
gerakan ini menghasilkan panas yang setara dengan lari-lari kecil atau dua
batang coklat ukuran sedang yang dimakan setiap jam. Ini adalah usaha secara
biologis dari badan kita untuk tetap mempertahankan suhu badan.
Segeralah
memakai pakaian kering. Hindari tempat yang banyak angin. Kalau mungkin,
buatlah api unggun untuk menghangatkan badan. Dirikanlah tenda atau bivak, lalu
masuk ke kantung tidur. Letakkan alas tidur yang kering sebelum berbaring.
Jangan biarkan badan dipengaruhi dinginnya tanah. Usahakan untuk memasak air
dan makanan, terutama yang manis dan mengandung banyak hidrat arang. tetap
bertahan hingga suhu badan normal.
Semakin
tinggi suatu daerah, semakin tipis kadar oksigennya. Ini mempengaruhi aktivitas
seorang pendaki gunung karena hipoksia
(kekurangan oksigen). Kapasitas kerja fisik akan menurun. Memang tidak semua
pendaki gunung akan mengalami hal yang sama, karena pengaruh kekurangaan
oksigen itu tergantung pada masing-masing individu, terutama kesegaran
jasmaninya. Ada pendaki gunung yang sudah terkena pengaruh pada ketinggian 200
meter, tetapi ada yang baru merasakannya pada ketinggian 4000 meter.
Pendaki
yang terkenaapengaruh hipoksia akan memperlihatkan gejala-gejala yang disebut Penyakit
Gunung (Mountain Sickness). Biasanya
gejala ini muncul karena si pendaki gunung terlalu cepat mencapai suatu
ketinggian. Munculnya pun setelah beberapa jam setelah si pendaki mencapai
ketinggian itu. Kumpulan gejala itu adalah sakit kepala, sesak nafas, tidak
nafsu makan, mual, muntah, diare, sakit perut, kemampuan mental dan ketajaman
berfikir menurun, badan terasa lemas, perasaan malas sekali, tidak dapat tidur,
tangan dan bibir menjadi biru dan denyut jantung berdenyut lebih cepat daripada
biasanya. Biasanya gejala-gejala ini akan menghilang setelah beristirahat
selama 24 jam sampai 48 jam. Kalau ini tidak berhasil, maka penanggulangan yang
tepat adalah secepatnya turun dan mengurangi ketinggian. Kalau sudah begitu
umumnya gejala-gejala itu akan berkurang setelah turun sekitar 500 atau 600
meter dari ketinggian semula.
Dari
uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyakit yang muncul di gunung
sebenarnya faktor yang dapat diperhitungkan. Seseorang yang sudah siap, baik
perlengkapan maupun fisik, akan dengan mudah menghindarkan diri dari
kemungkinan terkena penyakit yang biasanya menyerang di gunung. Kemungkinan lain
memang ada, misalnya terjatuh, tetapi masalahnya pun tetap sama, yaitu
persiapan yang baik.
KOMUNIKASI LAPANGAN
Banyak
orang yang sering pergi mendaki gunung, menjelajahi hutan, atau menyusuri
pantai, tapi banyak pula dikabarkan ada orang yang tersesat. Padahal, mereka
mungkin telah berteriak keras untuk minta pertolongan. Tidak mustahil mereka
telah mencoba berbagai macam jalan, dari jalan setapak, jalan tikus, terobosan babi sampai jalan penebang kayu. Tapi
hasilnya justru terperosok semakin jauh ke dalam hutan. Pada saat yang sama
mungkin tim SAR sedang berusaha mencari mereka.
Tapi
kembali dengan tangan kosong karena tidak ada petunjuk. Hal itu sangat mungkin
terjadi jika seseorang memasuki hutan tapi tidak menguasai teknik komunikasi
alam. Padahal itu tidak sukar. Paling sedikit anda dapat mengenali jalan yang
telah dilewati.
Lebih jauh anda dapat membantu rekan atau siapa saja yang ada di belakang anda untuk mengikuti arah yang telah anda buat.
Di alam bebas, komunikasi isyarat mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan komunikasi lisan melalui radio atau pesan tertulis. Komunikasi isyarat dapat dilakukan dengan menggunakan bebatuan, ranting, tanah berlumpur, rumput, semak-semak dan sebagainya. Dapat juga melalui semaphore, morse atau asap. Atau isyarat visual lainnya seperti kain engan warna mencolok. Bisa juga dengan menempatkan batu besar bertumpuk dengan batu kecil di persimpangan jalan untuk memberi tahu arah mana yang dilewati. Dapat juga dengan menyusun batu menyudut membentuk kerucut. Arah yang dituju diberitahukan melalui peletakan batu di puncak kerucut. Ikatan rumput dapat juga digunakan untuk menunjukkan arah, yaitu dengan membentuk puncak ikatan kearah yang kita tempuh.
Di sini perlu ekstra waspada dengan semak-semak. Semak-semak biasa tumbuh menutupi jalur serapak yang jarang dilalui. Semak juga mudah sekali timbuh pada musim hujan yang berkelembaban tinggi. Meski baru dua minggu ditebas, semak sudah tumbuh lebat.
Torehan pada pohon dapat dimanfaatkan, dibuat setiap 5-15 meter. Bekas tebasan atau torehan sekaligus dapat mengisyaratkan berapa lama jejak telah dibuat, yakni dengan menghitung apakah torehannya masih terlihat baru atau sudah lama. Dari perkiraan itu dapat diperkirakan berapa lama anda dapat menyusul teman anda. Pada jalur setapak yang bertanah liat, jejak sepatu ataupun jejak jejak hewan akan tercetak jelas. Kau ada jejak-jejak lama, maka anda dapt membandingkan dengan jejak baru. Dengan demikian dapat diperkirakan kondisi tanah dan cuaca satu atau dua hari sebelumnya. Juga untuk memperkirakan siapa dan berapa orang yang membuat jalan tersebut.
Dalam memberikan isyarat ada elompok yang lebih senang mengikatkan tali rafia dengan warna mencolok misalnya merah pada ranting daripada melukai pohon. Ada pula yang memberitahukan keberadaannya dengan membuang barang-barang kecil seperti bungkus permen, bungkus korek api atau bungkus rokok. Dengan mengenali barang-barang tersebut, anda dapat menerka identitas pembuat jejak.
Tapi cara ini hanya boleh dilakukan kalau keadaan benar-benar darurat, karena cara tersebut tidak beda dengan membuang sampah sembarangan. Syal pecinta alam yang berwarna kontras, dapat juga dipakai untuk menyampaikan segala macam informasi melalui kode semaphore, atau petunjuk arah dalam keadaan darurat. Cara dengan merobek kecil-kecil dan mengikatkan pada ranting. Selain itu peluit merupakan alat yang murah dan efektif yang dapat digunakan untuk memberitahukan keadaan anda.
Demikian juga dengan cermin dan senter. Hal penting yang perlu anda perhatikan sebelum masuk hutan adalah mempersiapkan kelengkapan seperti kompas, peta serta obatobatan. Tapi jika anda tidak punya, matahari dapat digunakan untuk menunjukkan arah, juga aliran arah sungai. Satu hal lagi, usahakan anda mengenal daerah yang dilalui dengan memperhatikan pohon-pohon besar atau tanda lain yang mudah diingat. Jika anda tersesat di hutan, dalam mencari tempat tidur, usahakan tetap tenang. Kepanikan akan menyebabkan anda melakukan tindakan yang semakin memperburuk keadaan. Jika anda kemalamam atau kehujanan, maka beristirahatlah.
Hematlah penggunaan makanan dan tenaga. Untuk istirahat anda dapat mencari tempat-tempat yang aman seperti pohon, di ceruk atau di bawah tebing yang kokoh. Untuk menginap, anda dapat mencari daerah yang berdekatan dengan sumber air, tapi hati-hati terhadap banjir bandang terutama di daerah pegunungan. Kemudian perhatikan juga keamanan dari hewan liar liar seperti gajah dan ular. Disarankan untuk memubat api unggun atau yang dapat menyebabkan hewan tersebut menghindar. Bila di pegunungan sebaiknya menghindari tidur di bagian punggung gunung, karena daerah tersebut merupakan jalur lintasan satwa yang mungkin membahayakan. Sebelum meutuskan tempat menginap, ada baiknya jika anda melihat-lihat terlebuh dahulu keadaan sekitar anda dengan maemperhatikan jejak-jejak hewan yang ada.
Mencari atau membuat tempat tidur yang nyaman dan aman mutlak diperlukan, apalagi jika besok harus melkukan kegiatan yang memerlukan tenaga. Mencari tempat tidur yang rata pada umumnya tidak masalah, karena kita dapat membangun tenda atau bivak. Tapi jika harus mendaki gunung atau berada pada daerah punggung gunug yang tanahnya tidak rata atau bahkan harus bermalam di rawa berair, maka perlu mengetahui cara membuat tempat tidur yang yaman dan aman.
Membuat tempat tidur di rawa dan gunung, bermalam di rawa berair terpaksa dilakukan karena sesuatu hal yang membuat anda tidak mungkin mencari dan menemukan daratan. Bila demikian yang terjadi, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Jika rawa tersebut bayak ditumbuhi pohon ysng cukup rapat, anda dapat beristirahat atau tidur dengan menggunakan tempat tidur gantung (hamuk) yang diikatkan kedua sisinya pada pohon, atau jika anda tidak membawa tempat tidur gantung , maka anda dapat membuat semacam rakit dengan menyusun kayu kering bertumpuk-tumpuk. Bagian teratas rakit tersebut disusun kayu dengan rapi, rapat dan rata.
Dapat juga dilapis rumput agar lebih empuk dan dialasi plastik. Rakit yang dibuat sebaiknya cukup tinggi, agar tidak basah oleh air rawa dan aman dari gangguan hewan air seperti ular dan lintah.
Cara lainnya dengan karung. Hal ini dilakukan jika daerah rawa mempunyai pepohonan yang cukup padat. Caranya masing-masing orang menggunakan dua buah karung. Kedua ujung karung tersebut dilubangi dan ditusuk dengan kayu seukuran lengan (kira-kira tidak patah untuk dinaiki) yang panjangnya sekitar dua meter. Kedua karung yang telah ditusuk tersebut dapat digunakan sebagai alas, diikatkan pada pohon yang terdapat di rawa.
Jadilah anda membuat tempat tidur gantung darurat yang aman dan
nyaman. Bagian mulut karung sebaiknya menghadap ke dalam (saling bertemu). Gunanya, bila dingin anda dapat masuk karung (tempat tidur darurat) yang juga berfungsi sebagai sarung.
Di rawa biasanya banyak nyamuk. Untuk mengatasinya dapat menggunakan obat nyamuk bakar yang digantung pada tempat dekat dengan tempat tidur. Hal ini lebih efektif daripada menggunakan obat nyamuk semprot yang akan segera hilang setelah beberapa saat. Sedang penggunaan obat nyamuk lain yang dioleskan ke tubuh mungkin akan memberikan efek samping bagi tubuh.
Untuk membuat tempat tidur di daerah pegunungan yang mempunyai tanah tidak rata, secara umum sama dengan embuat tempat tidur di rawa. Tapi di daerah pegunungan biasanya lebih dingin dan kita dapat menghangatkan badan dengan membuat api unggun atau menghidupkan lilin/arang/batubara dibawag tempat tidur kita.
MENCARI MAKAN
Karena terlalu lama tersesat, maka persediaan makanan yang anda bawa habis, sedang anda belum tahu berapa lama lagi anda harus berada di hutan. Cara yang dapat dilakukan adalah mencari makanan di hutan. Sebagian jenis hewan dapat dimakan. Untuk menghemat tenaga dan menjaga kelestarian alam sebaiknya mengkonsumsi tumbuhan.
Karena ada jenis tumbuhan yang mengandung racun, maka untuk mengenali tumbuhan yang dapat dimakan bisa dengan memperhatikan hewan-hewan yang ada. Umumnya tumbuhan yang dimakan hewan terutama primata seperti monyet, dapat juga dimakan manusia.
Perhatikan pula bagian-bagian mana yang menjadi makanan hewan. Misalnya jika beruk makan buah, maka harus dilihat apakah daging buah, biji atau bagian lain yang dimakan beruk. Tumbuhan yang dapat dimakan biasanya tidak mengeluarkan getah putih jika pucuknya dipotong. Ada beberapa macam tumbuhan hutan yang mudah dikenali dan dapat dimakan seperti rambutan hutan (rasanya sangat asam dan lebih enak jika dikunyah bersama bijinya), durian hutan, pucuk dan buah kedongdong, buah gandaria, berbagai jenis paku-pakuan, juga rebung (bambu muda), dan berbagai umbi-umbian. Atau dapat juga bonggol/empulur batang pisang atau umbut rotan muda. Jika kehabisan air, sementara sumber air sangat sulit di dapat, anda dapat memperoleh air dengan memotong liana. Liana ada beberapa macam, dan yang biasanya digunakan adalah yang berwarna kemerah-merahan/ kekuningan (Serabakbak, Lpg).
Caranya, potong liana kira-kira satu meter, maka akan keluar airnya. Ciri-ciri air liana yang dapat diminum adalah jika air yang keluar jernih dan rasanya tawar.jika air yang keluar berbusa, maka tunggulah sampai busa tersebut hilang. Atau cari liana yang tidak mrngeluarkan busa, karena jenis liana ini dapat memabukkan. Tumbuhan lain yang banyak menyimpan air adalah bambu. Anda dapat mengambil airnya dengan melubangi ruas bambu bagian bawah. Kadang, jumlah air pada bambu ini sangat banyak dan rasanya tawar.
Selamat menjelah hutan.
Penulis : (Alm) Norman Edwin
Lebih jauh anda dapat membantu rekan atau siapa saja yang ada di belakang anda untuk mengikuti arah yang telah anda buat.
Di alam bebas, komunikasi isyarat mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan komunikasi lisan melalui radio atau pesan tertulis. Komunikasi isyarat dapat dilakukan dengan menggunakan bebatuan, ranting, tanah berlumpur, rumput, semak-semak dan sebagainya. Dapat juga melalui semaphore, morse atau asap. Atau isyarat visual lainnya seperti kain engan warna mencolok. Bisa juga dengan menempatkan batu besar bertumpuk dengan batu kecil di persimpangan jalan untuk memberi tahu arah mana yang dilewati. Dapat juga dengan menyusun batu menyudut membentuk kerucut. Arah yang dituju diberitahukan melalui peletakan batu di puncak kerucut. Ikatan rumput dapat juga digunakan untuk menunjukkan arah, yaitu dengan membentuk puncak ikatan kearah yang kita tempuh.
Di sini perlu ekstra waspada dengan semak-semak. Semak-semak biasa tumbuh menutupi jalur serapak yang jarang dilalui. Semak juga mudah sekali timbuh pada musim hujan yang berkelembaban tinggi. Meski baru dua minggu ditebas, semak sudah tumbuh lebat.
Torehan pada pohon dapat dimanfaatkan, dibuat setiap 5-15 meter. Bekas tebasan atau torehan sekaligus dapat mengisyaratkan berapa lama jejak telah dibuat, yakni dengan menghitung apakah torehannya masih terlihat baru atau sudah lama. Dari perkiraan itu dapat diperkirakan berapa lama anda dapat menyusul teman anda. Pada jalur setapak yang bertanah liat, jejak sepatu ataupun jejak jejak hewan akan tercetak jelas. Kau ada jejak-jejak lama, maka anda dapt membandingkan dengan jejak baru. Dengan demikian dapat diperkirakan kondisi tanah dan cuaca satu atau dua hari sebelumnya. Juga untuk memperkirakan siapa dan berapa orang yang membuat jalan tersebut.
Dalam memberikan isyarat ada elompok yang lebih senang mengikatkan tali rafia dengan warna mencolok misalnya merah pada ranting daripada melukai pohon. Ada pula yang memberitahukan keberadaannya dengan membuang barang-barang kecil seperti bungkus permen, bungkus korek api atau bungkus rokok. Dengan mengenali barang-barang tersebut, anda dapat menerka identitas pembuat jejak.
Tapi cara ini hanya boleh dilakukan kalau keadaan benar-benar darurat, karena cara tersebut tidak beda dengan membuang sampah sembarangan. Syal pecinta alam yang berwarna kontras, dapat juga dipakai untuk menyampaikan segala macam informasi melalui kode semaphore, atau petunjuk arah dalam keadaan darurat. Cara dengan merobek kecil-kecil dan mengikatkan pada ranting. Selain itu peluit merupakan alat yang murah dan efektif yang dapat digunakan untuk memberitahukan keadaan anda.
Demikian juga dengan cermin dan senter. Hal penting yang perlu anda perhatikan sebelum masuk hutan adalah mempersiapkan kelengkapan seperti kompas, peta serta obatobatan. Tapi jika anda tidak punya, matahari dapat digunakan untuk menunjukkan arah, juga aliran arah sungai. Satu hal lagi, usahakan anda mengenal daerah yang dilalui dengan memperhatikan pohon-pohon besar atau tanda lain yang mudah diingat. Jika anda tersesat di hutan, dalam mencari tempat tidur, usahakan tetap tenang. Kepanikan akan menyebabkan anda melakukan tindakan yang semakin memperburuk keadaan. Jika anda kemalamam atau kehujanan, maka beristirahatlah.
Hematlah penggunaan makanan dan tenaga. Untuk istirahat anda dapat mencari tempat-tempat yang aman seperti pohon, di ceruk atau di bawah tebing yang kokoh. Untuk menginap, anda dapat mencari daerah yang berdekatan dengan sumber air, tapi hati-hati terhadap banjir bandang terutama di daerah pegunungan. Kemudian perhatikan juga keamanan dari hewan liar liar seperti gajah dan ular. Disarankan untuk memubat api unggun atau yang dapat menyebabkan hewan tersebut menghindar. Bila di pegunungan sebaiknya menghindari tidur di bagian punggung gunung, karena daerah tersebut merupakan jalur lintasan satwa yang mungkin membahayakan. Sebelum meutuskan tempat menginap, ada baiknya jika anda melihat-lihat terlebuh dahulu keadaan sekitar anda dengan maemperhatikan jejak-jejak hewan yang ada.
Mencari atau membuat tempat tidur yang nyaman dan aman mutlak diperlukan, apalagi jika besok harus melkukan kegiatan yang memerlukan tenaga. Mencari tempat tidur yang rata pada umumnya tidak masalah, karena kita dapat membangun tenda atau bivak. Tapi jika harus mendaki gunung atau berada pada daerah punggung gunug yang tanahnya tidak rata atau bahkan harus bermalam di rawa berair, maka perlu mengetahui cara membuat tempat tidur yang yaman dan aman.
Membuat tempat tidur di rawa dan gunung, bermalam di rawa berair terpaksa dilakukan karena sesuatu hal yang membuat anda tidak mungkin mencari dan menemukan daratan. Bila demikian yang terjadi, maka ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Jika rawa tersebut bayak ditumbuhi pohon ysng cukup rapat, anda dapat beristirahat atau tidur dengan menggunakan tempat tidur gantung (hamuk) yang diikatkan kedua sisinya pada pohon, atau jika anda tidak membawa tempat tidur gantung , maka anda dapat membuat semacam rakit dengan menyusun kayu kering bertumpuk-tumpuk. Bagian teratas rakit tersebut disusun kayu dengan rapi, rapat dan rata.
Dapat juga dilapis rumput agar lebih empuk dan dialasi plastik. Rakit yang dibuat sebaiknya cukup tinggi, agar tidak basah oleh air rawa dan aman dari gangguan hewan air seperti ular dan lintah.
Cara lainnya dengan karung. Hal ini dilakukan jika daerah rawa mempunyai pepohonan yang cukup padat. Caranya masing-masing orang menggunakan dua buah karung. Kedua ujung karung tersebut dilubangi dan ditusuk dengan kayu seukuran lengan (kira-kira tidak patah untuk dinaiki) yang panjangnya sekitar dua meter. Kedua karung yang telah ditusuk tersebut dapat digunakan sebagai alas, diikatkan pada pohon yang terdapat di rawa.
Jadilah anda membuat tempat tidur gantung darurat yang aman dan
nyaman. Bagian mulut karung sebaiknya menghadap ke dalam (saling bertemu). Gunanya, bila dingin anda dapat masuk karung (tempat tidur darurat) yang juga berfungsi sebagai sarung.
Di rawa biasanya banyak nyamuk. Untuk mengatasinya dapat menggunakan obat nyamuk bakar yang digantung pada tempat dekat dengan tempat tidur. Hal ini lebih efektif daripada menggunakan obat nyamuk semprot yang akan segera hilang setelah beberapa saat. Sedang penggunaan obat nyamuk lain yang dioleskan ke tubuh mungkin akan memberikan efek samping bagi tubuh.
Untuk membuat tempat tidur di daerah pegunungan yang mempunyai tanah tidak rata, secara umum sama dengan embuat tempat tidur di rawa. Tapi di daerah pegunungan biasanya lebih dingin dan kita dapat menghangatkan badan dengan membuat api unggun atau menghidupkan lilin/arang/batubara dibawag tempat tidur kita.
MENCARI MAKAN
Karena terlalu lama tersesat, maka persediaan makanan yang anda bawa habis, sedang anda belum tahu berapa lama lagi anda harus berada di hutan. Cara yang dapat dilakukan adalah mencari makanan di hutan. Sebagian jenis hewan dapat dimakan. Untuk menghemat tenaga dan menjaga kelestarian alam sebaiknya mengkonsumsi tumbuhan.
Karena ada jenis tumbuhan yang mengandung racun, maka untuk mengenali tumbuhan yang dapat dimakan bisa dengan memperhatikan hewan-hewan yang ada. Umumnya tumbuhan yang dimakan hewan terutama primata seperti monyet, dapat juga dimakan manusia.
Perhatikan pula bagian-bagian mana yang menjadi makanan hewan. Misalnya jika beruk makan buah, maka harus dilihat apakah daging buah, biji atau bagian lain yang dimakan beruk. Tumbuhan yang dapat dimakan biasanya tidak mengeluarkan getah putih jika pucuknya dipotong. Ada beberapa macam tumbuhan hutan yang mudah dikenali dan dapat dimakan seperti rambutan hutan (rasanya sangat asam dan lebih enak jika dikunyah bersama bijinya), durian hutan, pucuk dan buah kedongdong, buah gandaria, berbagai jenis paku-pakuan, juga rebung (bambu muda), dan berbagai umbi-umbian. Atau dapat juga bonggol/empulur batang pisang atau umbut rotan muda. Jika kehabisan air, sementara sumber air sangat sulit di dapat, anda dapat memperoleh air dengan memotong liana. Liana ada beberapa macam, dan yang biasanya digunakan adalah yang berwarna kemerah-merahan/ kekuningan (Serabakbak, Lpg).
Caranya, potong liana kira-kira satu meter, maka akan keluar airnya. Ciri-ciri air liana yang dapat diminum adalah jika air yang keluar jernih dan rasanya tawar.jika air yang keluar berbusa, maka tunggulah sampai busa tersebut hilang. Atau cari liana yang tidak mrngeluarkan busa, karena jenis liana ini dapat memabukkan. Tumbuhan lain yang banyak menyimpan air adalah bambu. Anda dapat mengambil airnya dengan melubangi ruas bambu bagian bawah. Kadang, jumlah air pada bambu ini sangat banyak dan rasanya tawar.
Selamat menjelah hutan.
Penulis : (Alm) Norman Edwin
Komentar
Posting Komentar